https://www.tulisanshinta.site/2023/10/ulasan-buku-planet-omar-accidental.html “…, but my dad said that Allah knows all the languages in the universe, so we can talk to him whenever we want to.” (page 178). Dikisahkan seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, bernama Omar. Ia hidup bersama keluarganya yang terdiri dari ayah, ibu, adik laki-lakinya yang bernama Esa berusia 3 tahun, kakak perempuan bernama Maryam berusia 13 tahun. Keluarga Omar berasal dari Pakistan, dan mereka menetap di Inggris. Kedua orang tua Omar bekerja sebagai ilmuwan. Permasalahan muncul ketika sang ibu mendapatkan pekerjaan baru di kota lain. Omar sekeluarga harus pindah tempat tinggal. Hal ini yang membuat Omar gelisah sebagai anak laki-laki yang mulai remaja. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan rumah, sekolah barunya, dan tentu saja teman-teman barunya. Apakah Omar dan keluarganya berhasil beradaptasi dengan lingkungan rumah barunya? Apakah Omar memiliki teman di sekolah barunya? Bagaimana Omar menghadapi
Siang itu, saya tengah mengajarkan materi Bahasa Indonesia di kelas 5 Khalid bin Walid. Saat sedang mengarahkan peserta didik membaca teks di buku siswa mereka, tiba-tiba saya merasa kursi saya bergetar.
Saat itu saya pikir dikarenakan ada gerakan gaduh dari para peserta di kelas sebelah yang membuat kursi saya bergetar karena di lantai dua jika ada yang berlari atau lompat-lompat, getarannya akan terasa hingga ke kelas-kelas. Namun keyakinan saya mulai goyah ketika saya rasa getaran tersebut semakin terasa dan agak lama. Salah satu peserta didik saya bertanya, "Mis, kok ada getar-getar sih, mis?“ Di sekolah kami, para peserta didik memanggil pendidik dengan sebutan Miss dan Mister.
Saya pun langsung beranjak dari kursi, lalu berjalan menuju jendela untuk melihat dan memastikan apakah alat penggalian tanah di halaman depan sekolah sedang bekerja. Ternyata mesin itu tidak sedang bekerja. Serta merta saya langsung membalikkan badan, menatap para mitra kerja yang tengah berada di kelas itu juga.
Saya berusaha menenangkan diri. Berusaha berjalan dengan tenang kembali duduk di kursi saya sambil berharap getaran tersebut semakin hilang. Tetapi, ternyata hingga saya duduk pun getaran tersebut makin terasa. Saya menatap mitra saya. Mereka pun menatap saya, memastikan apakah kita semua merasakan dan menganggap ini hal yang sama. Ini sudah pasti gempa bumi. Akhirnya saya putuskan untuk berkata, "yuk Miss dan teman-teman semua, kita berjalan dengan tertib keluar kelas tanpa membawa apapun." Mitra saya segera memahami kalimat saya dan berjalan cepat ke arah pintu kelas mendahului para peserta didik, serta turut mengingatkan untuk berjalan tertib dan tenang.
Setelah kami yakin bahwa tidak peserta didik di dalam gedung sekolah, kami pun segera turut bergabung dengan yang lainnya di lapangan. Ternyata di sana banyak peserta didik yang menangis karena terkejut dan panik. Saya pun bergabung dengan siswa kelas saya, melihat keadaan mereka serta mengingatkan mereka yang memiliki adik untuk melihat keadaan adiknya.
Alhamdulilah kami semua dapat berkumpul dengan selamat di lapangan. Kejadian ini mengingatkan kepada kita semua bahwa Allah Maha Besar. Allah memiliki semua kuasa atas ciptaanNya.
Kemudian, kami pun mendapat kejelasan bahwa kejadian tadi adalah benar-benar gempa bumi yang berpusat di Lebak, Banten dengan kekuatan sekitar 6SR. Pantas saja getaran sungguh terasa oleh kami semua.
Kami pun mengingatkan para peserta didik untuk selalu memohon ampun dan perlindungan pada Allah SWT, melakukan dzikir pagi dan petang, serta selalu melakukan yang disyariahkan oleh Allah dan menjauhi laranganNya.
Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada para peserta didik karena mereka telah berusaha berjalan dengan tenang keluar kelas dan mengingatkan akan safety awareness bila terjadi gempa bumi. Diantaranya yaitu,
1. Membawa sesuatu yang kemudian bisa digunakan melindungi kepala saat berjalan keluar gedung.
2. Berjalan dengan tenang ke luar gedung mencari lahan lapang dimana tidak dekat bangunan ataupun pepohonan.
3. Merapat dengan lahan yang datar hingga getaran gempa usai.
Mengevaluasi kejadian ini, kami para pendidik sekolah berusaha mengupayakan untuk menambah pemahaman akan bahaya bencana, seperti gempa bumi, kebakaran, hingga banjir, serta cara-cara dalam menghadapinya.
Bagaimana dengan lingkungan tempat tinggal, sekolah, dan bekerja anda?
Sudah adakah sosialisasi akan penanggulangan bencana?
Untuk informasi Siaga lainnya, klik di sini
#TantanganODOP2
#Onedayonepost
#ODOPbatch5
#SerunyaMenulis
Saat itu saya pikir dikarenakan ada gerakan gaduh dari para peserta di kelas sebelah yang membuat kursi saya bergetar karena di lantai dua jika ada yang berlari atau lompat-lompat, getarannya akan terasa hingga ke kelas-kelas. Namun keyakinan saya mulai goyah ketika saya rasa getaran tersebut semakin terasa dan agak lama. Salah satu peserta didik saya bertanya, "Mis, kok ada getar-getar sih, mis?“ Di sekolah kami, para peserta didik memanggil pendidik dengan sebutan Miss dan Mister.
Saya pun langsung beranjak dari kursi, lalu berjalan menuju jendela untuk melihat dan memastikan apakah alat penggalian tanah di halaman depan sekolah sedang bekerja. Ternyata mesin itu tidak sedang bekerja. Serta merta saya langsung membalikkan badan, menatap para mitra kerja yang tengah berada di kelas itu juga.
Saya berusaha menenangkan diri. Berusaha berjalan dengan tenang kembali duduk di kursi saya sambil berharap getaran tersebut semakin hilang. Tetapi, ternyata hingga saya duduk pun getaran tersebut makin terasa. Saya menatap mitra saya. Mereka pun menatap saya, memastikan apakah kita semua merasakan dan menganggap ini hal yang sama. Ini sudah pasti gempa bumi. Akhirnya saya putuskan untuk berkata, "yuk Miss dan teman-teman semua, kita berjalan dengan tertib keluar kelas tanpa membawa apapun." Mitra saya segera memahami kalimat saya dan berjalan cepat ke arah pintu kelas mendahului para peserta didik, serta turut mengingatkan untuk berjalan tertib dan tenang.
Setelah kami yakin bahwa tidak peserta didik di dalam gedung sekolah, kami pun segera turut bergabung dengan yang lainnya di lapangan. Ternyata di sana banyak peserta didik yang menangis karena terkejut dan panik. Saya pun bergabung dengan siswa kelas saya, melihat keadaan mereka serta mengingatkan mereka yang memiliki adik untuk melihat keadaan adiknya.
Alhamdulilah kami semua dapat berkumpul dengan selamat di lapangan. Kejadian ini mengingatkan kepada kita semua bahwa Allah Maha Besar. Allah memiliki semua kuasa atas ciptaanNya.
Kemudian, kami pun mendapat kejelasan bahwa kejadian tadi adalah benar-benar gempa bumi yang berpusat di Lebak, Banten dengan kekuatan sekitar 6SR. Pantas saja getaran sungguh terasa oleh kami semua.
Kami pun mengingatkan para peserta didik untuk selalu memohon ampun dan perlindungan pada Allah SWT, melakukan dzikir pagi dan petang, serta selalu melakukan yang disyariahkan oleh Allah dan menjauhi laranganNya.
Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada para peserta didik karena mereka telah berusaha berjalan dengan tenang keluar kelas dan mengingatkan akan safety awareness bila terjadi gempa bumi. Diantaranya yaitu,
1. Membawa sesuatu yang kemudian bisa digunakan melindungi kepala saat berjalan keluar gedung.
2. Berjalan dengan tenang ke luar gedung mencari lahan lapang dimana tidak dekat bangunan ataupun pepohonan.
3. Merapat dengan lahan yang datar hingga getaran gempa usai.
Mengevaluasi kejadian ini, kami para pendidik sekolah berusaha mengupayakan untuk menambah pemahaman akan bahaya bencana, seperti gempa bumi, kebakaran, hingga banjir, serta cara-cara dalam menghadapinya.
Bagaimana dengan lingkungan tempat tinggal, sekolah, dan bekerja anda?
Sudah adakah sosialisasi akan penanggulangan bencana?
Untuk informasi Siaga lainnya, klik di sini
#TantanganODOP2
#Onedayonepost
#ODOPbatch5
#SerunyaMenulis
Komentar
Posting Komentar