Identitas Buku Judul: Aleph Penulis: Paulo Coelho Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit: 2013 Jumlah halaman: 302 halaman. Cerita Singkat Sudut pandang tokoh utama ada penulis sendiri. Di sini penulis menceritakan pengelamannya melakukan perjalanan sejauh 9.288 km, yakni perjalanan melaui jalur kereta api Trans-Siberia, dari Moscow menuju Vladivostok. Penulis melakukan perjalanan bersama orang-orang yang bekerja dengan dirinya penerbit dan editor. Selain itu, ia juga mengajak orang lain yang ia kenal baru saja saat memulia perjalanan tersebut. Sebetulnya perjalanan ini telah dilakukan penulis sebelumnya. Namun, ia melakukan lagi dengan misi untuk menemukan aleph, energi dari kerajaannya sendiri. Di sini penulis menceritakan tempat-tempat yang pernah ia kunjungi, orang-orang yang pernah ia temui dan kenali, hingga pengalaman-pengalaman baik pahit maupun menyenangkan yang ia alami. Hal ini semua ia lakukan untuk menemukan aleph. Keunggulan Novel Penulis benar-benar...
Sumber foto : www.pexels.com |
"Mana istri / suamimu?“ Pertanyaan ini akan keluar, bila tampak hanya sendirian. Atau yang paling trending adalah, " sudah nikah belum?" 😬
Pertanyaan-pertanyaan ini akan sering diajukan kepada orang-orang, baik laki-laki maupun perempuan, di usia 30-39 tahun. Usia yang dianggap oleh khalayak umum sebagai usia yang harusnya sudah berkeluarga, mapan, dan lain sebagainya.
Namun, tahukah kamu bahwa 9 dari 10 orang merasa pertanyaan tersebut menimbulkan stres besar dalam hidup mereka?
Menurut Karel Karsten Himawan, seorang calon doktor dari Universitas Queensland Australia, dalam penelitiannya bahwa stigma jomblo pada wanita lebih memberikan tingkat stres lebih tinggi daripada pada pria. Khalayak umum lebih menerima bila pria masih sendiri di usia mapannya dikarenakan mereka sedang berusaha memapankan dirinya hingga layak tuk menikah kelak.
Meskipun demikian, Karel menemukan dalam penelitiannya di Indonesia bahwa, orang-orang jomblo ini memiliki sikap positif terhadap pernikahan. Mereka yang pada akhirnya menikah bukan hanya sekedar melepaskan diri dari tekanan sosial.
Selain itu, mereka menunda menikah karena adanya tradisi hipergami (menikahi seseorang dengan status sosial yang lebih tinggi), sehingga mereka berusaha meningkatkan kita dirinya menjadi lebih baik. Dan di zaman sekarang ini, dimana adanya kesamaan gender dalam menerima pendidik, semakin sama jumlah orang yang berpendidikan laki-laki maupun perempuan.
Jadi, selama kita masih bisa menjaga perilaku kita sebagai orang dewasa sesuai dengan etika dan ajaran agama di lingkungan kita, jomblo tidaklah masalah. Bukan kah begitu? 😊
Sumber :
http://www.thejakartapost.com/amp/life/2018/02/23/singles-in-indonesia-are-considered-in-trouble-and-under-social-pressure-study.html
Day 32
#TantanganODOP
#Onedayonepost
#ODOPbatch5
Komentar
Posting Komentar