Langsung ke konten utama

Ulasan “Aleph” Karya Paulo Coelho

  Identitas Buku  Judul: Aleph Penulis: Paulo Coelho Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit: 2013 Jumlah halaman: 302 halaman. Cerita Singkat Sudut pandang tokoh utama ada penulis sendiri. Di sini penulis menceritakan pengelamannya melakukan perjalanan sejauh 9.288 km, yakni perjalanan melaui jalur kereta api Trans-Siberia, dari Moscow menuju Vladivostok. Penulis melakukan perjalanan bersama orang-orang yang bekerja dengan dirinya penerbit dan editor. Selain itu, ia juga mengajak orang lain yang ia kenal baru saja saat memulia perjalanan tersebut. Sebetulnya perjalanan ini telah dilakukan penulis sebelumnya. Namun, ia melakukan lagi dengan misi untuk menemukan aleph, energi dari kerajaannya sendiri. Di sini penulis menceritakan tempat-tempat yang pernah ia kunjungi, orang-orang yang pernah ia temui dan kenali, hingga pengalaman-pengalaman baik pahit maupun menyenangkan yang ia alami. Hal ini semua ia lakukan untuk menemukan aleph. Keunggulan Novel Penulis benar-benar seorang

Ulasan Buku "Warung Bu Sastro, Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati" Karya Pauline Leander

 


“Kegembiraan itu menular, kebaikan itu menular dari satu orang ke orang lainnya,” demikian kata Bu Sastro… (hlm. 118).

 

Bu Sastro adalah salah seorang pemilik warung makan sederhana di area pemukiman gang sekitar kampus ITB dan kampus-kampus lain di Bandung. Awalnya ia hanya menyediakan warung nasi biasa. Namun karena ada kejadian Pak Sastro tidak bekerja lagi karena tempat bekerjanya tutup, alhasil pasangan suami istri tersebut harus mencari jalan lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.


Pelanggan warung Bu Sastro adalah mahasiswa yang bersekolah di sekitar situ, ITB, UNISBA, dan lain-lain. Salah satu pelanggannya jugalah yang menyarankan Bu Sastro untuk membuka warung nasi dengan metode Tionghoa.

Latar belakang cerita di buku ini adalah pada tahun 1980-an. Tergambar dari ceritanya menggunakan sepeda ontel, menimba air sebelum ke kamar mandi, menonton dengan televisi cembung, belum lagi ibu masih menggunakan surat menyurat dan buku catatan untuk berkomunikasi dengan pelanggannya. Selain itu,  nilai uang yang berlaku saat bertransaksi, Rp. 25,- hingga Rp. 500.000,- sudah dinilai sangat besar sekali.



Konsep bisnis yang saya pelajari dari Warung Bu Sastro adalah:
  1. Metode Tionghoa. Menjual dengan harga Rp. 25,- lebih murah dibanding warung-warung lain.
  2. Memerhatikan makanan kesukaan para pelanggannya dan berusaha memenuhinya.
  3. Memerhatikan kebutuhan para pelanggannya. Jika pelanggannya sedang sakit, Bu Sastro menyiapkan menu bubur. Selain itu, Bu Sastro juga memberikan pelayanan antar makanan untuk pelanggan yang tidak bisa keluar rumah karena sakit, hujan, ataupun sedang sibuk belajar untuk ujian.
  4. Bu Sastro selalu memberikan kualitas yang terbaik. Menurutnya mahasiswa itu perlu makanan yang baik dan bergizi untuk mendukung kualitas belajarnya.
  5. Bu Sastro selalu mendoakan yang terbaik untuk pelanggannya. Bila pelanggannya lama tidak datang ke warung, Bu Sastro tak luput mendoakannya.

Warung Bu Sasro menjadi tempat yang nyaman bagi para mahasiswa pelanggannya. Bukannya hanya untuk makan, tetapi juga untuk belajar, berbincang-bincang, bahkan bertemu dengan jodoh. Meskipun demikian, Bu Sastro tak luput dari masalah dalam perdagangannya. Ada juga mahasiswa yang tidak membayar makannya atau terpaksa berhutang. Tapi Bu Sastro tetap memberikan doa yang terbaik untuk mereka.


Ada suatu pemikiran yang saya suka dari sosok Bu Sastro. Ini tercantum di akhir-akhir cerita. Bu Sastro berpendapat, bahwa saat warungnya rame itu karena dicukupkan oleh Sang Pencipta. Itu pun karena beliau hanya meminta supaya segala kebutuhan dirinya dan anaknya yang paling kecil, Mono, terpenuhi terutama biaya pendidikan sampai Mono lulus dan bekerja di salah satu pabrik di Bogor.

Setelah Mono lulus, bekerja, dan memiliki keluarga sendiri, serta bisa dibilang mapan, lambat laun keramaian warung bu Sastro berangsur menurun. Setelah operasional  warung dipegang oleh istri anak pertamanya, Warung bu Sastro tidak seramai dulu lagi. Anak-anak zaman sekarang lebih suka makan yang cepat saji dan asik dengan gawainya, katanya. jadi tidak senang bercengkrama saat makan bersama. Begitu menurut Bu Sastro.

 Menurut saya, buku ini termasuk ringan dibaca, meskipun banyak ilmu yang bisa didapatkan. Penyampaiannya lugas. Penggambaran situasi pun sangat detail. Penulis benar-benar berusaha menceritakan sesuai gambaran dari mantan para pelanggan serta Bu Sastro sendiri. Dari upaya Bu Sastro, saya jadi benar-benar memahami apa makna kepuasan pelanggan sesungguhnya. Buku ini cocok untuk pembaca yang ingin membuka usaha namun masih galau, terutama usaha makanan.


Identitas Buku

Judul: Warung Bu Sastro, Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati

Penulis: Pauline Leander

Penerbit: PT Elex Media Komputindo

Tahun Terbit: 2012

Jumlah Halaman: 295


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Super Blue Blood Moon

Tribunnews.com Berita akan terjadinya gerhana bulan hari ini (Rabu, 31 Januari 2018) sudah tersebar sejak 3-4 hari yang lalu. Teman-teman kecilku di kelas 5 Salman Al Farisi sudah sibuk membincangkannya. Aku pun yang tadinya hanya menganggap sebagai suatu fenomena alam yang biasa terjadi, lambat laun mulai tertarik untuk mengintip secuil informasi mengenai ini. Tahukah kamu kalau fenomena gerhana bulan saat ini adalah kejadian fenomena alam yang luar biasa? Kali ini bulan akan tampak lebih besar daripada biasanya, terjadi gerhana bulan penuh,  serta warnanya merah seperti darah akibat bias dengan cahaya matahari. Bulan pada saat ini benar-benar menunjukkan keelokannya. Tiada yang dapat menandingi kecantikannya ditengah temaramnya malam. "Langit boleh gelap. Namun aku akan senantiasa memberikan secercah cahaya pada kegelapan," ungkap sang Super Blue Blood Moon. 😁 Kita,  sebagai makhluk bumi yang terpisahkan jarak dan waktu dengan sang bulan hanya bisa menikmati sa

Kan Ku Panjat Tebing Itu!

Nayla beraksi Hari itu adalah hari Sabtu.  Kebetulan Sabtu pagi itu kami semua tidak ada kegiatan belajar dan mengajar.  Akhirnya kami memutuskan untuk mencoba kegiatan rock climbing di Plaza Festival,  Jakarta.  Sudah lama aku tidak mengunjungi daerah itu.  Terakhir ke sana saat aku masih mengerjakan skripsi,  mencari bahan landasan teori di perpustakaan Soemantri. Itu sekitar 20-23 tahun yang lalu! 😱 😆 Sudah banyak perubahan yang terjadi di sekitar Kuningan, jalan H.R Rasuna Said.  Dengan mengendarai motor, kami celingak-celinguk mencari gedung Plaza Festival.  Tak lama, kami pun menemukannya.  Segera saja memutar balik arah motor menuju pintu masuknya lalu parkir. Terus terang,  suasana di belakang Plaza Festival tidak banyak berubah.  Beda sekali dengan tampak depannya.  😁  Kami pun langsung menemui salah seorang kenalan yang mengenalkan dengan kegiatan panjat tebing ini. Kami tiba di sana pk. 07.00.  Masih pagi.  Belum ada penonton.  Hanya orang yang bertanggung jaw

Happy Swimming!!!

Senang Berenang               Siapa sih yang tidak menyukai olah raga air yang satu ini? Olahraga ini memiliki banyak peminatnya… mulai dari anak-anak sejak usia dini hingga orang lanjut usia pun. Hal ini dikarenakan banyak orang sudah mengetahui manfaat dari olahraga air, terutama berenang. Berenang mampu melatih kelenturan tubuh kita, daya tahan terhadap suhu air, serta ketenangan psikis ketika mampu menikmati gelombang air saat mengapung dengan tenang. Tidak dimungkiri bahwa olahraga air ini juga bisa menimbulkan ketidaknyamanan bagi awal yang mencobanya. Misalnya merasakan suhu air yang teramat dingin, merasa air masuk kedalam telinga, ataupun tersedak saat berenang, hingga resiko yang paling berbahaya adalah mendadak mengalami kram otot saat di dalam air, hingga tenggelam. Resiko-resiko ini dapat diminimalkan bila kita mengetahui langkah-langkah berenang yang aman. Langkah-langkah tersebut adalah: 1. Selalu menggunakan peralatan renang ketika akan ber